Pages

Selasa, 18 November 2014

Selalu Ada Untukku



“Waktu terasa semakin berlalu Tinggalkan cerita tentang kita.. Akan tiada lagi kini tawamu.. Tuk hapuskan semua sepi dihati..”
Suara merdunya dipadukan dengan kepiawaiannnya memainkan gitar, membuatku selalu tenang dan terhibur. Walaupun badmood gara-gara dia, eh malah dia juga yang ngibur aku.
“Gimana?? Kamu mau request lagu yang lain gk??” Tanya Rahel sahabatku itu.
“Ehhmm, gimanan ya?? Jadi bingung nih mau lagu apa.” Jawabku, sambil memasang wajah yang serius berpikir.
“Ya udah, kalo kamu gk mau request lagu lain.. Aku pulang dulu yah, bye”.
Rahelpun pulang ke rumahnya, meninggalkanku sendirian dikesunyian malam.

Sore itu, saat sendirian di dalam kamar, aku mendengarkan lagu Semua Tentang Kita. Satu lagu yang mungkin tidak berarti bagi orang lain. Tapi, lagu itu selalu mengingatkanku pada seseorang. Ya, dia!! Dia yang setiap malam memainkan lagu ini dengan gitarnya untukku.
“Yeah, kenapa malah kepikiran saat-saat bersama Rahel sih?? Dia yang sekarang kan beda sama dia yang dulu!!” Omelku sambil melempar HP yang sedari tadi kupegang.
Rahel adalah sahabatku atau lebih tepat disebut sebagai temanku yang paling akrab. Tapi beberapa bulan yang lalu, kontak kami terputus. Benar-benar terputus. Dan semua hal indah itu tinggal kenangan belaka. Karna faktanya memang kayak gitu, dia seolah tidak pernah mengenal diriku. Saat terakhir kali bertemupun, tak ada senyum diwajahnya.
Entah mengapa dia meninggalkanku dengan cara seperti ini. Meninggalkan hubungan ini tanpa salam perpisahan, serta alasan yang jelas. Sedih banget kalo ingat hal itu, rasanya aku pengen nangis.
“Mungkin aku tidak berharga dimatanya. Persahabatan baginya mungkin hanya suatu hubungan biasa yang tidak “Spesial” dan tidak ada yang WOOW dari hubungan itu.”  Pikirku dalam hati.


Saat sedang melamun, terdengar suara pintu kamarku yang diketok. Akupun membuka pintu dan ternyata mama yang mengetok pintu.
“Ada apa, Ma?” Tanyaku malas.
“Ini ada surat buat kamu, kayaknya sih dari Rahel soalnya ada inisial namanya.” Jawab Mama seraya memberikan surat itu kepadaku.
“Oh, dari Rahel ya?!” Ujarku sambil memasang wajah yang tidak bersemangat mendengar bahwa Rahel yang mengirim surat itu.


Untuk Maria,

Maafin aku yah? Selama ini aku buat kamu marah, kecewa dan sedih. Maaf karena belum bisa jadi sahabat yang baik buat kamu.
Semoga kamu bisa menemukan orang yang lebih baik dariku, orang bisa membuatmu bahagia.
Bye, semoga kamu sehat selalu.

                                                                         Rahel

Sejak surat itu kuterima, semuanya berubah. Bukan bahagia yang kurasakan, melainkan rasa kecewa. Pokoknya galau bangetlah. Amat sangat dilema juga sih. Gk tau harus berbuat apa.

Keesokan harinya, saat jam istirahat Christy datang menemuiku yang sedang duduk melamun di pojok kiri kelasku. Aku masih memikirkan surat yang kuterima dari Rahel, saat malam sebelum tidur.
“Kenapa?? Kenapa dia harus seperti ini padaku??” Tanyaku, sambil mengguncangkan tubuh Christy yang mungil itu.
“Mungkin dia rasa ini merupakan keputusan paling baik, yang bisa dia buat untuk kamu, Maria. Jadi kamu sabar aja, kan bukan cuman dia aja teman kamu.” Jawab Christy dengan begitu tenang dan sabar.
”Hhmm, iya juga. Kamu juga kan temanku.” Jawabku dengan wajah yang seolah tanpa dosa. Padahal sedari tadi, aku menyiksa Christy dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
“Iya, emangnya baru sadar ya?? Aku kan teman kamu yang paling imut dan paling baik sedunia.” Kelebayan Christy keluar lagi.
“Hehe, iya. Plus, kamu juga temanku yang paling lebay.” Ledekku sambil mencubit pipinya yang tembem.

Tak terasa, 3 tahun sudah aku berteman dengan Christy. Dan karena Christy-lah aku bisa melupakan Rahel. Aku yang selalu murung karena perpisahan itu, kini jadi gadis yang lebih ceria dan lebih tegar dari sebelumnya.
KLBK. Kenangan disaat aku pertama kali bertemu Christy. Saat itu, dia sedang berjalan mencari kelasnya, dia tampak kebingungan. Akupun menghampirinya, karna merasa kasihan melihatnya yang sangat kebingungan. Ternyata dia itu sekelas denganku. Eskipun baru pertama kali bertemu, dia sudah seperti wartawan yang tak pernah berhenti mengajukan pertanyaan padaku. Lucu kalo mikirin itu, karna disamping lebay dia juga kepo banget. Tapi itu tidak membuatku menjauhinya, kadang nyebelin juga sih kalo mulutnya gk berhenti ngeluarin suara yang kadang bikin aku gk ngerti apa yang dia omongin.

“Christy, makasih yah selama ini kamu selalu ada untukku. Kamu berhasil membuatku mengerti arti dari sebuah persahabatan. Sahabat sejati!! Sekarang aku berpikir kamu adalah sahabat sejatiku.” Ujarku yakin, sambil menggenggam tangan Christy.
“Eh, masa sih?? Itu biasa aja kok, aku orangnya emang gitu. Paling gk suka kalo liat orang yang hobbynya ngelamun dengan wajah murung. Aku juga mau bilang makasih, karena kamu beda sama teman-teman lain yang ngejauhin aku Cuma gara-gara aku yang terlalu over kalo ngasih nasehat sama mereka.” Dia berbicara dengan wajah yang tampak sangat gembira.
“Kamu janji mau jadi sahabatku?? Sahabat yang selalu ada untukku??” Tanyaku
sambil mengacungkan cari kelingkingku ke arahnya.
“Iya, aku janji.” Jawabnya dengan yakin dan bersemangat disertai senyumnya yang khas. Melingkarkan jari kelingkingnya ke kelingkingku.
“Selalu ada!! Selamanya bersama!!” Kami berdua berjanji sambil saling berpelukan.

Mulai saat itu, aku menyadari kenyataan bahwa kepergian Rahel justru merubah hidupku. Berkat Rahel, aku menemukan sosok sahabat sejati, pada diri Christy.
Orang yang selalu menguatkanku disaat sedih dan selalu ada untukku, seperti janji yang telah dibuat kamu berdua.


~~ Tamat ~~

 Karangan Maria Pangkey

Tidak ada komentar: