“Waktu terasa semakin berlalu Tinggalkan
cerita tentang kita.. Akan tiada lagi kini tawamu.. Tuk hapuskan semua sepi
dihati..”
Suara merdunya dipadukan dengan kepiawaiannnya memainkan gitar, membuatku
selalu tenang dan terhibur. Walaupun badmood
gara-gara dia, eh malah dia juga
yang ngibur aku.
“Gimana??
Kamu mau request lagu yang lain gk??” Tanya Rahel sahabatku itu.
“Ehhmm, gimanan ya?? Jadi bingung nih mau lagu apa.” Jawabku, sambil memasang
wajah yang serius berpikir.
“Ya udah,
kalo kamu gk mau request lagu lain.. Aku pulang dulu yah, bye”.
Rahelpun
pulang ke rumahnya, meninggalkanku sendirian dikesunyian malam.
Sore itu, saat sendirian di dalam kamar, aku mendengarkan lagu Semua Tentang Kita. Satu lagu yang
mungkin tidak berarti bagi orang lain. Tapi, lagu itu selalu mengingatkanku
pada seseorang. Ya, dia!! Dia yang setiap malam memainkan lagu ini dengan
gitarnya untukku.
“Yeah, kenapa malah kepikiran saat-saat bersama Rahel sih??
Dia yang sekarang kan beda sama dia yang dulu!!” Omelku sambil melempar HP yang
sedari tadi kupegang.
Rahel adalah sahabatku atau lebih tepat disebut sebagai
temanku yang paling akrab. Tapi beberapa bulan yang lalu, kontak kami terputus.
Benar-benar terputus. Dan semua hal indah itu tinggal kenangan belaka. Karna
faktanya memang kayak gitu, dia seolah tidak pernah mengenal diriku. Saat terakhir
kali bertemupun, tak ada senyum diwajahnya.
Entah mengapa dia meninggalkanku dengan cara seperti ini.
Meninggalkan hubungan ini tanpa salam perpisahan, serta alasan yang jelas.
Sedih banget kalo ingat hal itu, rasanya aku pengen nangis.
“Mungkin aku tidak berharga dimatanya.
Persahabatan baginya mungkin hanya suatu hubungan biasa yang tidak “Spesial”
dan tidak ada yang WOOW dari hubungan itu.” Pikirku dalam hati.
Saat sedang melamun, terdengar suara pintu kamarku yang diketok. Akupun membuka
pintu dan ternyata mama yang mengetok pintu.
“Ada apa, Ma?” Tanyaku malas.
“Ini ada surat buat kamu, kayaknya sih dari Rahel soalnya ada inisial namanya.”
Jawab Mama seraya memberikan surat itu kepadaku.
“Oh, dari Rahel ya?!” Ujarku sambil memasang wajah yang tidak bersemangat
mendengar bahwa Rahel yang mengirim surat itu.
Untuk Maria,
Maafin aku yah? Selama ini aku buat kamu
marah, kecewa dan sedih. Maaf karena belum bisa jadi sahabat yang baik buat
kamu.
Semoga kamu bisa menemukan orang yang lebih baik dariku, orang bisa membuatmu
bahagia.
Bye, semoga kamu sehat selalu.
Rahel
Sejak
surat itu kuterima, semuanya berubah. Bukan bahagia yang kurasakan, melainkan
rasa kecewa. Pokoknya galau bangetlah. Amat sangat dilema juga sih. Gk tau
harus berbuat apa.
Keesokan harinya, saat jam istirahat Christy datang menemuiku
yang sedang duduk melamun di pojok kiri kelasku. Aku masih memikirkan surat
yang kuterima dari Rahel, saat malam sebelum tidur.
“Kenapa?? Kenapa dia harus seperti ini padaku??” Tanyaku,
sambil mengguncangkan tubuh Christy yang mungil itu.
“Mungkin dia rasa ini merupakan keputusan paling baik, yang bisa dia buat untuk
kamu, Maria. Jadi kamu sabar aja, kan bukan cuman dia aja teman kamu.” Jawab
Christy dengan begitu tenang dan sabar.
”Hhmm, iya juga. Kamu juga kan temanku.” Jawabku dengan wajah
yang seolah tanpa dosa. Padahal sedari tadi, aku menyiksa Christy dengan menggoyang-goyangkan
tubuhnya.
“Iya, emangnya baru sadar ya?? Aku kan teman kamu yang paling
imut dan paling baik sedunia.” Kelebayan Christy keluar lagi.
“Hehe, iya. Plus, kamu juga temanku yang paling lebay.” Ledekku sambil mencubit
pipinya yang tembem.
Tak terasa, 3 tahun sudah aku berteman dengan Christy. Dan karena Christy-lah
aku bisa melupakan Rahel. Aku yang selalu murung karena perpisahan itu, kini
jadi gadis yang lebih ceria dan lebih tegar dari sebelumnya.
KLBK. Kenangan
disaat aku pertama kali bertemu Christy. Saat itu, dia sedang berjalan mencari
kelasnya, dia tampak kebingungan. Akupun menghampirinya, karna merasa kasihan
melihatnya yang sangat kebingungan. Ternyata dia itu sekelas denganku. Eskipun
baru pertama kali bertemu, dia sudah seperti wartawan yang tak pernah berhenti
mengajukan pertanyaan padaku. Lucu kalo mikirin itu, karna disamping lebay dia
juga kepo banget. Tapi itu tidak membuatku menjauhinya, kadang nyebelin juga
sih kalo mulutnya gk berhenti ngeluarin suara yang kadang bikin aku gk ngerti
apa yang dia omongin.
“Christy, makasih yah selama ini kamu selalu ada untukku. Kamu berhasil
membuatku mengerti arti dari sebuah persahabatan. Sahabat sejati!! Sekarang aku
berpikir kamu adalah sahabat sejatiku.” Ujarku yakin, sambil menggenggam tangan
Christy.
“Eh, masa sih?? Itu biasa aja kok, aku orangnya emang gitu. Paling gk suka kalo
liat orang yang hobbynya ngelamun dengan wajah murung. Aku juga mau bilang
makasih, karena kamu beda sama teman-teman lain yang ngejauhin aku Cuma
gara-gara aku yang terlalu over kalo ngasih nasehat sama mereka.” Dia berbicara
dengan wajah yang tampak sangat gembira.
“Kamu janji mau jadi sahabatku?? Sahabat yang selalu ada untukku??” Tanyaku
sambil
mengacungkan cari kelingkingku ke arahnya.
“Iya, aku janji.” Jawabnya dengan yakin dan bersemangat disertai senyumnya yang
khas. Melingkarkan jari kelingkingnya ke kelingkingku.
“Selalu ada!! Selamanya bersama!!” Kami berdua berjanji sambil saling
berpelukan.
Mulai saat itu, aku menyadari kenyataan bahwa kepergian Rahel justru merubah
hidupku. Berkat Rahel, aku menemukan sosok sahabat sejati, pada diri Christy.
Orang yang selalu menguatkanku disaat sedih dan selalu ada untukku, seperti
janji yang telah dibuat kamu berdua.
~~ Tamat ~~
Karangan
Maria Pangkey